Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Melepas Dalam Diam

 Kisah nyata seorang gadis muda yang berusaha menjaga fitrahnya. Seorang gadis biasa yang memutuskan berhijrah setelah pergolakan hati yang kemudian menuntunnya untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi. Dia awalnya sama dengan gadis lain seumurannya memiliki kebiasaan berbicara banyak dan segala tingkah ajaib di masa muda. Namun setelah belajar islam dia sudah mengurangi aktivitas yang mengarahkan pada pergaulan yang berlebihan. Dia fokus untuk memperbaiki diri agar Allah menerima segala taubat akan dosa-dosa di masa lalu. Dia berusaha meninggalkan segala hal yang membuat murka Allah dan menambah amalan agar dicintai Allah. Tapi, ditengah prosesnya mendekat kepada Allah, ia kemudian diuji  dengan hadirnya perasaan cinta kepada teman sekelasnya. Entah kenapa rasa tersebut menjadi ketakutan tersendiri karena khawatir akan merusak proses menemui hidayahnya. Dengan segala cara ia kemudian berusaha agar perasaan lebih tersebut cukup dirinya dan Allah yang tahu. Seiring berjalannya waktu, di

Pesan Tak Sampai

Pernahkah kalian berada diposisi yang sangat sulit untuk mengungkapkan apa yang kalian rasakan?, merasa bahwa dengan diam adalah jalan tepat dan menyimpannya sendiri lebih baik. Merasa bahwa jika semua diungkapkan  akan terjadi  kejadian yang tidak diinginkan, ketidaksiapan diri menerima bahwa kekecewaan itu akan hadir. Sebuah perasaan mendalam yang bernama luka. Berbiacara tentang luka bukan hal asing karena semua berpotensi untuk merasakannya. Namun, yang  mampu melewati luka tidaklah banyak bahkan yang bertahan dalam luka menjadi pilihan hanya karena kekuatan dan ketulusan cinta. Yah begitulah adanya realita, memilih terluka untuk waktu yang lama. Terbiasa dengan kesunyian untuk meredam perih sebentar saja, lalu kembali tersenyum demi sosok yang ingin kita bahagiakan. Padahal ada cara lain untuk melepas luka tanpa harus mengorbankan cinta. Tanpa harus menyakiti dengan kenyataan dan ketetapan-Nya. Belajar menerima bahwa luka itu mendewasakan, bukan untuk menghancurkan. Belajar memaha

Kekuatan Cinta

Jatuh cinta bukanlah perkara asing untuk didengar dan dirasakan. Semua orang pernah merasakan bahkan sejak lahirnya kita ke dunia adalah bentuk cinta. Tentu  jika kita memaknainya maka kita akan melihat sebuah keajaiban, bahwa cinta bukan hanya perkara hubungan antara lawan jenis. Tapi , lebih dari yang kita kira. Lihatlah kehadiran kita ke dunia, kasih sayang orang tua, pengorbanan seorang Ayah, dalam pekerjaan dan sebagainya. Semua tidak lain karena Allah menghendaki cinta hadir untuk menjaga kelansungan hidup di dunia. Sebagai tempat pengembaraan sementara, manusia kadang membutuhkan penguat yang tidak lain kekuatan yang berasal dari dalam. Kekuatan cinta yang Allah hadirkan sebagai fitrah dalam diri manusia, yang barang siapa menggunakannya di jalan seharusnya maka yang dia dapatkan keberuntungan dan bisa menjadi jalan kita diampuni dosa. Seperti yang disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 31: "Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Al

Kemarin

Ada hal yang tak bisa dijelaskan dengan baik, ketika lisan dan hati saling tak seirama. Memulai dengan keterpaksaan, membuka luka lama dan berakhir pada penyesalan. Kejadian demi kejadian membangkitkan amarah yang tak berkesudahan. Lelah tentunya dan ingin semua selesai. Waktu terus berlalu dan terpikir semua akan hilang pada waktunya. Kenyataannya hanya menutupi tanpa mau memperbaiki. Akibatnya ketika ingatan itu hadir, maka semua kembali terasa seperti awal perjumpaan.  Ketika manisnya semua terasa nyata, namun ternyata hanyalah maya. Harapan  yang terlalu jauh melampaui batas sehingga dengan mudah semesta menjatuhkan dengan caranya.  Kenyataannya sulit untuk diterima. Tapi, itulah ketetapan Sang Pemilik Alam. Konsekuensi dari pengharapan kepada manusia yang sebenarnya bisa memberikan dua kemungkinan. Bahagia atau terluka.  Hanya saja diri terlalu egois untuk menjemput bahagia, namun takdir tak mudah untuk dipaksa. Jika bukan jalannya maka akan terpisah jua.  Satu yang harus dipahami

Khairunnas Anfa 'ahum Linnas

Berangkat dari visi hidup   khairunnas anfa’ahum linnas yaitu senantiasa bermanfaat bagi orang lain. Maka saya sejak kecil telah memilih jalan-jalan yang membentuk diri menjadi pribadi yang peka terhadap lingkungan. Menganggap bahwa hidup saya bukan hanya tentang kebahagiaan pribadi, namun tentang kebahagiaan orang-orang yang ada di sekitar saya.  Terbiasa hidup dengan mengutamakan orang lain terkadang juga mengorbankan diri pribadi. Tapi saya tidak ingin seperti itu, jika kita bisa membahagiakan diri dan orang lain secara bersamaan kenapa tidak. Semuanya bisa dimulai dengan hal sederhana namun berefek besar dengan kehidupan kita selanjutnya. Apa itu ? kejujuran dan tanggung jawab. Hal sederhana dari pembiasan jujur kepada diri sendiri dan bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakan. Jadi, dimanapun kalian berada sesuatu yang menjadi kebiasaan akan tercipta sendiri ketika melakukan suatu pekerjaan. Bagaimanapun   jika visi sudah ada tentu tujuan hidup itu harus jelas. Bahkan

Dahan Yang Rapuh

Dahulu semua haruslah sesuai dengan apa yang kuinginkan. Semua terasa sempurna dengan rencana yang terlaksanakan. Tersusun rapih hanya untuk mendapatkan kepuasan. Semua harus sesuai dengan apa yang telah kutuliskan. Segala tenaga, waktu dan pikiran tercurahkan demi sebuah impian. Tak hanya kepuasaan batin, namun pujian manusia menjadi hal yang menyenangkan. Hingga aku terlupa bahwa ada masa dimana semua tak sesuai rencana. Aku yang terbiasa dengan segala pencapaian dan kebahagian. Bahkan aku berjuang keras untuk tetap menang dengan segala cara. Tapi, kembali lagi semua berada dalam kekuasaan-Nya. Puncaknya ketika aku mengalami kegagalan, saat itulah aku benar-benar merasa terluka. Karena selama ini telah mengandalkan diri yang sebenarnya lemah. Bersandar pada  kekayaan, kecerdasan dan kecantikan yang sejatinya hanyalah titipan dari Sang Kuasa. Terlupa kalau aku hanyalah seorang hamba yang bisa saja salah. Mendikte bahwa keberhasilan semua berasal dari kemampuan diri, padahal itulah kes

Ketetapan Terbaik

Seringkali kita menganggap rencana sudah tersusun dengan rapih. Namun ternyata dibalik semuanya ada ketepatan yang lebih indah. Sungguh berat membuat sebuah keputusan, apalagi bukan hanya menyangkut diri seorang melainkan menyangkut banyak orang. Bukan hanya sepasang namun menyangkut dua keluarga. Mungkin banyak yang mengharapkan bahwa semua akan berakhir dengan kebahagiaan dua belah pihak, sayangnya keputusan ini membuat satu pihak harus berlapang dada. Bukan tak ingin memberikan kebahagiaan kepada mereka, hanya saja ada hal yang lebih penting untuk diselesaikan. Ada hal yang lebih mendekatkan kepada kebaikan-Nya. Bukankah kebahagiaan diri dalam balutan cinta kepada-Nya adalah yang terbaik. Bukan sekedar cinta biasa yang hanya berdasarkan kepentingan. Meski kata orang cinta akan tumbuh dengan terbiasa, tapi cinta yang didasari karena Allah adalah yang terbaik. Bukankah pula kebahagiaan akan datang lewat ketenangan yang datang dari-Nya. Jika keputusan ini dilanjutkan lebih memunculkan

Penilaian Manusia

Sudah sering sekali kita mendengar alasan setiap orang berbuat karena takut kepada lisan manusia.Mereka seolah menjadikan pandangan manusia sebagai tolak ukur dalam melakukan sesuatu dan tanpa sadar menjadi budak manusia. Mengikuti trend hanya karen a ingin disebut, hanya karena ingin dianggap dalam lingkup pertemanan. Tanpa memikirkan apakah ini sudah sesuai dengan aturan syara. Padahal tak jarang harapan besar kepada manusia memberikan rasa kecewa. Bukan hal yang baru sebenarnya, karena pada dasarnya manusia memang tempatnya salah dan lupa. Hanya saja manusia mudah terbawa suasana. Itulah gunanya untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Berteman dengan orang-orang yang selalu mendekatkan kepada Allah. Karena Allah tidak menghisab lewat lisan manusia, melainkan kepada aturan-Nya. Apakah sesuai dengan perintah atau termasuk dalam larangan-Nya. Mirisnya, kadang jika kekecewaan itu melanda semua menyalahkan Allah sebagai pembuat ketetapan. Padahal Allah jelas telah memeberi petunjuk lew

Melangitkan Doa

Masih tentang duka yang merundung negeri tercinta. Kini aksi unjuk rasa terhadap penolakan suatu kebijakan diwarnai dengan kekerasan. Semua tentu berharap bahwa aksi ini tak melahirkan sebuah korban. Karena semua demi masa depan seluruh rakyat Indonesia. Namun harapan itu tak bersambut dengan baik. Entah karena api yang sudah terang menyala disetiap kepala, atau ada pemantik yang memancing kobaran kemarahan yang berakhir bentrokan. Bahkan kini banyak yang telah kehilangan teman seperjuangan. Hilang tanpa jejak dan semua merasa cemas berharap bisa bertemu kembali. Kita yang menyimak berita turut merasakan kesedihan. Bagaimana dengan orang terdekat mereka yang menjadi korban?  Sungguh selemah-lemahnya orang beriman tiada lain kekuatan terbesar adalah doa. Berharap orang-orang baik yang turun ke jalan bisa kembali dengan selamat. Yang hilang semoga ditemukan. Yang sakit semoga tersembuhkan.   Semoga tujuan utama dari unjuk rasa untuk membatalkan suatu kebijakan dzolim bisa terealisasi da

Berakhirnya Kepercayaan

Pagi hari tak seperti biasanya, seolah ada jeritan perih dimana-mana. Berita yang silih berganti masuk ke dalam beranda sosial media. Memberi kabar bahwa negeri tercinta dalam keadaan tidak baik. Sebelumnya telinga sudah mendengar desas desus sebuah kebijakan. Yang isinya tak lain memberikan kerugian bagi kalangan rakyat bawah. Sebelumnya juga telah membaca beberapa penjelasan pakar tentang sebuah kebijakan yang akan diterbitkan. Namun, penetapannya ternyata lebih cepat dari yang di jadwalkan. Padahal berbagai tingkatan masyarakat telah menolak, namun apa daya alasan yang diberikan hanya membuat semua menduga tentang adanya sebuah kepediindahkan. Sungguh ini membuat para mahasiswa menjadi naik pitam, rakyat seolah diabaikan dan berakhir dengan mosi tidak percaya kepada orang-orang yang menjadi pilihan mereka sebelumnya. Bukti bahwa menaruh harapan berlebihan kepada manusia bisa membawa petaka, berharap tinggi tanpa mengingat bahwa mereka bisa saja berbuat kecurangan. Inilah dari sisi k

Kesakitan Dalam Harapan

Apalagi yang kau harapkan jika semuanya telah tak tersisakan. Apalagi yang kau inginkan jika semuanya telah kau rebut secara perlahan. Disaat kami berjuang untuk bertahan, diam-diam kau menyiapkan peti kematian. Entah mengapa disaat kami dalam kesusahan, kau buat kebijakan yang semakin menambah beban. Masa depan bagi kami sudah terasa suram.  Raut wajah yang setiap harinya menjadi penyemangat kami bekerja kini nampak muram.  Mendengar sebuah keputusan yang tidak main-main membuat kami putus harapan. Orang-orang yang kami harapkan memberikan kesejahteraan di masa depan. Orang-orang yang kami pilih untuk mendengarkan keluh kesah kami menjalani kehidupan. Dengan harapan dapat membantu kami, kini kesekian kalinya memberikan kekecewaan. Dan lagi-lagi hanya bisa tenggelam dalam harapan, semoga masih ada orang baik dan masih waras yang bisa memandang kami.  Semoga Sang Kuasa memberi pembalasan terbaik kepada mereka di dunia dan di akhirat. Pembelajar Kehidupan Luwu, 07 Oktober 2020 #Mujahidah

Kejujuran Berakhir Indah

Dikisahkan seorang gadis yang terlihat bahagia setiap harinya. Orang-orang selalu mengagumi kemampuan dia dalam bertutur kata. Bersikap sopan dan santun selalu nampak dalam kesehariannya. Setiap hari dia selalu mendapat pesan dari orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Entah kenapa setiap orang yang meminta saran padanya bisa berakhir dengan lega. Gadis itupun hanya bersyukur jika dirinya bisa bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya. Setiap malam dia selalu memohon ampun kepada-Nya. Ketakutan terbesarnya saat apa yang keluar dari lisannya tidak sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Ketakutan ketika orang-orang akan memujinya secara berlebihan. Padahal jika Allah membuka aibnya, sungguh tiada sanggup ia memijakkan kaki lagi dibumi-Nya. Yang menjadi kesyukuran setiap saat dia mampu menyembunyikan ketidakmampuannya. Saat dia terluka, senyum menjadi tameng terbaik untuk menutupi kesedihannya Hingga terkadang dia menangis karena tak mampu jujur dengan perasaannya. Dia tak mampu

Belajar Dari Hujan

Terjatuh berkali-kali tak membuat dia malu ataupun merasa sedih. Terkadang dibenci namun tak membuat dia berhenti hanya karena omongan manusia yang tak memahami. Kehadirannya kadang dicela karena menghalangi aktivitas, namun dia tetap ikhlas memberi kesuburan setiap tanaman yang ada dibumi. Kadang dia berhenti untuk sementara waktu ketika musim kemarau datang, apa daya mereka tetap disalahkan karena tak kunjung membasahi. Kadang mereka serba salah dihadapan hamba-Nya yang tak pandai mensyukuri. Jika hujan dapat berbicara mungkin dia sudah mengatakan "sudah diberi hati malah memberi belati".  Begitulah manusia yang lemah dan terkadang lupa diri saat emosi menguasai. Padahal hujan hanya menjalani tugas dari Sang Ilahi. Memberikan kehidupan bagi yang membutuhkannya, lebih dari orang yang mencercanya. Sejatinya dia sadar bahwa dirinya bukanlah hal yang sia-sia.  Tersadar bahwa dia diciptakan bukan untuk mengikuti kata manusia, tapi semua karena kehendak-Nya. Dia diciptakan untuk