Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Bidadari Dunia

Di masa kecil mendengar kata bidadari maka yang akan terbayang adalah sosok perempuan cantik dengan sayap putihnya, dengan kekuatan magic untuk memenuhi segala keinginan kita. Bayangan tentang itu semuanya tidak lepas dari pemahaman sebelumnya. Apa yang aku tonton sejak kecil, bahkan cerita-cerita dongeng yang terdengar sampai ke telingaku.  Lalu apakah benar demikian? Ternyata Allah telah menjelaskan dalam al-Quran bahwa bidadari surga adalah perempuan cantik yang tidak hanya parasnya yang jelita, namun juga akhlaknya. Seperti yang disebutkan dalam surah Ar-Rahman ayat 56-58 yang artinya : " Di dalam surga-surga itu terdapat bidadari-bidadari yang pandangannya tertumpu (kepada mereka semata-mata) yang tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan jin, maka yang mana satu diantara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan ? Bidadari-bidadari  itu (cantik berseri) seperti permata delima dan marjan."  Begitupun dalam hadis Rasulullah saw bersabda: "Sekira

Memori Rasa

Perempuan identik dengan sebutan makhluk perasa. Bahkan karena perasanya mereka sering meneteskan air mata untuk hal-hal yang sepele. Entah karena terharu, bahagia dan bersedih. Semua rasa tertuang lewat air mata. Tahukah, perempuan juga adalah makhluk yang selalu mengingat dengan jelas apa yang telah dialami. Terutama jika hal itu berkesan, baik meninggalkan kesan baik maupun hal buruk. Dibalik semuanya, perempuan juga menjadikan rasa sebagai tameng. Betapa kuatnya mereka menahan sakit dibalik kata 'baik-baik saja'. Ketika mereka tersakiti, justru rasa sakit itulah yang menguatkan. Membuat mereka menjadi makhluk kuat dan dewasa. Bahkan hal-hal yang diluar pikiran pada umumnya bisa mereka taklukan. Betapa kuatnya kaum hawa ini, yang begitu dimuliakan dalam Islam. Semua bisa terjadi karena kembali 'rasa itu' yang membuat perempuan hebat. Fitrah yang Allah berikan kepada mahluk lembut nan kuat bagai baja. Bagai karang yang kuat diterjang ombak.  Yang siap diuji dengan ber

Terbatas

Mendengar kata terbatas, apasih bayangan teman-teman semua? Apakah kalian akan berhenti jika menghadapi hal-hal yang membuat kalian merasa sempit dan tak berdaya? Mungkin jawaban yang akan saya terima bervariasi. Ada yang berhenti karena merasa udah bukan rananya. Atau ada yang memilih lanjut karena inilah tantangan kehidupan. Merasa atau tidak pasti kalian semua memiliki keterbatasan. Apapun itu, semoga itu tidak menjadi tembok tinggi yang begitu mustahil dirobohkan. Karena awal dari terbangun tembok pasti semua beralasan. Begitupun untuk merobohkan pasti memiliki jalan. Manusia adalah makhluk yang tak hanya perasa, namun juga berakal. Maka seharusnya ini menjadi renungan kita sebagai seorang manusia. Allah telah mengatakan dalam firman-Nya bahwa : "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya." (Q.S At-Tin ayat 4) Dibalik kekurangan manusia Allah telah mencukupkan dengan kelebihan. Semua dibuat seimbang agar manusia bisa hidup saling membantu satu

Hakikat Perpisahan

Pada dasarnya pertemuan akan beriringan dengan perpisahan. Tidak akan pernah ada pertemuan yang abadi, salah satu dari kita akan ada yang pergi meninggalkan, ada yang menetap tertinggal dan ada pula tergantikan oleh orang baru. Begitulah sunnatullah yang terjadi di dalam kehidupan. Layaknya sebuah buku, setiap halamannya selalu ada kisah yang berbeda. Entah di awal bab ada pertemuan yang manis dan sangat membahagiakan, lalu di bab selanjutnya terdapat perpisahan yang membuat hati begitu hancur dan berada dalam kegelapan. Semua itu akan terus terjadi selama nafas masih berderu. Selama kita masih merasakan yang namanya hidup di dunia. Siap tidak siap kita semua akan merasakannya. Pergantian pertemuan lalu berpisah kemudian. Ketahuilah semua tidak lain memberikan pembelajaran berharga yang akan memberikan hikmah terbaik di dalamnya. Namun harus kita ketahui perpisahan bukan tentang kepergian karena berpisah jarak, perpisahan bukan hanya ketika salah satu kita meninggal dan pergi dari duni

Sudut Pandang Kesalahan

Dimana pun kesalahan adalah hal yang tidak baik. Hal yang mungkin bisa saja dilakukan oleh siapapun. Apalagi makhluk yang bernama manusia, yang akan selalu berpotensi melakukan kesalahan. Tapi, itu bukanlah alasan kita untuk saling menghardik dan juga menjadi sering memaklumi. Kesalahan bukan perkara yang bisa dimainkan dengan maaf dan sanksi. Semuanya membutuhkan akal dan hati untuk sejalan dalam memutuskan. Jangan menjadi gegabah dan berujung penyesalan nantinya. Ada masa dimana masalah itu bisa diterima lalu ikhlas untuk dimaafkan, namun ada juga masa dimana kesalahan itu perlu diberi sanksi tegas. Agar kesalahan tersebut tidak menjadi pengulangan di kesempatan lainnya. Bijaklah dalam menyikapi, karena jangan sampai satu kesalahan menghapus ribuan kebaikan yang telah dilakukan. Sebab semua orang tidak selamanya menjadi baik. Pasti ada masa akan terjadi kesilapan dan kekeliruan. Yah kembali itulah manusia. Yang tidak kita sukai adalah perbuatan, bukan orangnya. Maka, jadilah pribadi

Ekspektasi

Sedih nggak sih, saat ekspektasi kita nggak sesuai dengan kenyataan. Hal itu pasti membuat siapapun yang merasakannya sedih dan kecewa. Namun, dibalik semua itu pasti memiliki alasan. Yang nantinya akan menjadi pembelajaran, cepat atau lambat. Berawal dari pemberian harapan, atau bayangan kita terhadap sesuatu telah melampaui batasnya. Disinilah kita perlu memperbaiki persepsi terhadap apapun itu. Jadi, jangan pernah menaruh harapan pada sesuatu yang belum pasti adanya. Sejatinya harapan harus disandarkan pada yang tidak terbatas, tidak lemah dan pasti yakni Sang Pencipta kita. Selanjutnya adalah menempatkan sesuatu sewajarnya. Kita sama-sama tau manusia adalah tempat dari segala kelalaian. Bukan makhluk yang sempurna. Karena kita pada dasarnya hanya bisa berusaha dan hasil akhir adalah kehendak-Nya. Usaha adalah bagian dari proses kita dan doa menjadi penguat setelahnya kita bertawakkal.  Sebenarnya sah sah saja jika kita memiliki harapan, karena kehidupan tanpa harapan  juga pasti me

Perlombaan Dunia

Dunia fitrahnya memang tempat kita untuk mengembara. Disini kita melakukan berbagai hal yang pada hakikatnya akan membawa kita kepada kehidupan selanjutnya. Hanya saja banyak hal yang menjadi rintangan yang kadang melalaikan manusia dari tujuan penciptaan-Nya yaitu beribadah kepada-Nya. Termasuk tentang kehidupan sosial yang semakin membuat manusia lupa diri. Saling berlomba dengan kepalsuan, bahkan melakukan segala hal tanpa memperdulikan apakah yang dikerjakan dibenarkan atau tidak. Apakah termasuk melanggar aturan-Nya atau tidak.  Semua terabaikan demi popularitas dan eksistensi di dunia. Padahal nggak semua perlombaan harus kita menangkan. Karena yang penting adalah kita mampu berproses dan tidak berdiam diri saja. Berikhtiar semampunya karena usaha dan doa adalah milik kita, sedangkan hasil milik Allah. Enggak semua trend harus diikuti. Karena yang kebanyakan belum tentu benar. Hiduplah seadanya kita tanpa harus membandingkan diri. Hanya karena tidak ikut trend, tidak akan membuat

Kekuasaan Allah

     Pernah nggak teman-teman merasakan hal-hal yang magic dalam semasa hidupnya. Ketika semua terasa mengejutkan, tiba-tiba apa yang kita doakan dan kita harapkan terwujud. Atau sesuatu yang tidak pernah menjadi doa bahkan terbesit pun tidak pernah, terjadi begitu saja sesuai kehendak-Nya. Begitu sempurna tersusun, memberikan kejutan yang indah dan terkadang menyisakan tanda tanya.      Satu sisi ada yang merasa berusaha banget untuk menggapai tapi belum bisa tergapai. Ada yang tiba-tiba dimudahkan tanpa merasa berusaha keras. Begitulah Allah, memberikan hal-hal yang memang menjadi kebutuhan. Dan pastinya semua memiliki alasan dibalik itu, mengapa belum juga terkabulkan atau mengapa begitu cepat terkabulkan.      Terkadang manusia memang begitu, memikirkan hal-hal yang sebenarnya ada dalam rana Allah. Yang sunnatullah sesuatu yang pasti adanya. Cepat atau lambat adalah urusan Allah. Dia yang paling memahami hamba-Nya dan tahu kapan waktu yang tepat untuk memberikan yang terbaik. Bukan

Pembuktian Cinta

Terdapat sebuah kisah seorang pemuda yang kala itu menyatakan cinta kepada Rabi’ah al-Adawiyah. Lalu beliau menjawab, “Mengapa kau menyatakan cinta kepadaku, sedang dibelakangmu terdapat wanita yang cantik.” Seketika pemuda itu berbalik, lalu Rabi’ah tersenyum dan mengatakan, “Jika kamu mencintaiku, engkau takkan berpaling.” Sungguh pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah tentang pembuktian. Ketika kita berani mengatakan cinta maka sepantasnya kita tidak berpaling, jika itu benar adanya. Jika benar itu cinta  maka ucapan tersebut harusnya selaras dengan perbuatan. Karena sejatinya ucapan takkan terbukti ketika hanya menjadi bualan 'aku mencintaimu'. Jika itu cinta mengapa ada berbagai alasan pertimbangan yang harus menjadi titik rapuh bahkan goyah untuk bertindak. Bukankah tidak demikian? Ketika cinta itu benar hadir takkan pernah ada ragu sedikitpun, apalagi menyerah sebelum membuktikan ucapannya. Begitu juga ketika kita menyatakan mencintai Allah, t